Daftar ulang PMB Jalur SPAN-PTKIN 2024

IO IAIN Palopo Gelar Talkshow, Diikuti Peserta Berbagai Belahan Dunia

IO IAIN Palopo Gelar Talkshow, Diikuti Peserta Berbagai Belahan Dunia

Humas- International Office (IO) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo menggelar Talkshow Online bertajuk “Study Experience, Religious and Spritual Life in Abroad”, Sabtu, 16 Mei 2020.

IO melalui video teleconference itu diikuti sekitar 90 orang peserta dari berbagai belahan dunia, seperti Canada, Inggris dan Auastralia khususnya Sivitas Akademika IAIN Palopo dengan dua presenter yakni, Ahmad Sulfikar, dari Universitas Vrije, Amsterdam dan Sukirman Marshan, Universitas Queen’s Belfast, Inggris. Keduanya mahasiswa doktotoral (Ph.D).

Acara dimoderatori oleh Muh. Irfan Hasanuddin Alumni Universitas McGill, Canada. Pembahasan utama acara ini, berbagai pengalaman kuliah di luar negeri, baik dari tantangannya, kultur akademik, bahasa dan agama yang berbeda. Dengan berbagai kultur yang berbeda itu mahasiswa dari Indonesia dituntut untuk cepat beradaptasi, kata Ahmad Sulfikar.

Yang penting kata dia, penguasaan bahasa, jika perlu memiliki salah satu skill sebelum ke luar negeri, seperti skill pandai memasak. Itu akan menjadi nilai atau modal yang baik untuk mengembangkan keakraban. Sementara pengalaman spiritual atau keagamaan di Belanda banyak toleransi dimana masjid-masjid di Amsterdam mudah ditemuai karena Muslim cukup banyak.

Senada dengan Sukirman Marshan, dimana tantangan di tahun pertama kuliah di luar negeri, perlunya penyesuaikan lingkungan, mengenal orang-orang sekitar dan mengetahui kebiasaan lingkungan.

Dari segi agama di Inggris terdapat berbagai mashap yang berbeda dari segi ushul fiqhi dibanding di Indonesia, baik dari tata cara sholat maupun ibadah lainnya, namun dengan berbagai mashab tersebut membuat ia lebih membuka pespektif.

“Berpuasa di Inggris juga lebih lama dari zona waktu Indonesia, selisihnya sekitar dua jam.” tambah Sukirman.

Ada pun pengalaman riset kedua presenter itu, mengaku mengalami kesulitan hal ini kultur akademik yang baru ia temuai. Dimana rujukan penelitian dalam negeri kurang dikenal, metodologi penelitian dan proposal harus lebih dipertajam sehingga kebanyakan riset mahasiswa Indonesia banyak dibongkar.

Dengan pengalaman itu mahasiswa harus memiliki kecurigaan intelektual, bagaimana mahasiswa kritis dengan penelitian dan ketika membaca penelitian harus selalu menimbulkan pertanyaan, “apa” dan “bagaimana” itu juga yang menjadi konsep critical reading dan critical thinking.

Apresiasi disampaikan WR Bidang Akademik, Dr. H. Muammar Arafat dan WR Bidang kemahasiswaan, Dr. Muhaemin yang juga selaku peserta talshow selma 70 menit itu. (Humas).

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *