Humas- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo dan Balitbang Keagamaan Makassar teken Memorandum of Understanding (MoU) dalam optimaliasai produk ke-LITBANG-an dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinngi.
Penendatanganan itu, dilakukan langsung Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar, H. Saprillah, MSi, dan Rektor IAIN Palopo diwakili WR Bidang Akademik, Dr. H. Muammar Arafat, di Aula Rektorat IAIN Palopo, Senin (23/12/2019)
Pada kesempatan itu, juga dirangkaikan dengan kuliah umum, hadir sejumlah pimpinan fakultas, dosen dan tenaga kependidikan. WR Bidang Akademik, Dr. H. Muammar Arafat, menyampaikan selamat datang kepada Kepala Balitbang di kampus IAIN Palopo yang mempunyai visi terkemuka dalam integrasi keilmuan berciri kearifan lokal.
Disampaikannya, publikasi dan penelitian IAIN Palopo beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan, dari 58 PTKIN di Indonesia kampus ini menempati urutan ke lima dalam publikasi karya ilmiah.
WR berharap, dengan kehadiran Balitbang dapat memberi motivasi teman-teman dosen terkait penelitian dan menjadi trigger untuk melakukan publikasi.
“Ditahun 2020 kami berharap publikasi meningkat, dengan 40-50 judul penelitian tahun ini, semoga kemudian melahirkan karya ilmiah bereputasi serta membangun sebuah riset yang kalaboratif sesuai agenda riset geagamaan.” imbuhnya.
Sementara kuliah umum yang disampaikan Kepala Balitbang Keagamaan Makassar, H. Saprillah, MSi, mengungkapkan, bahwa saat ini Balitbang telah memiliki jurnal sinta 2 dan telah melakukan kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Makassar.
Harapnya, IAIN Palopo dapat ikut meramaikan hal ini dapat saling berkalaborasi sesuai yang diharapkan.
Disampaikannya, perkembangan penelitian hari ini tidak hanya melihat dua titik, kualitatif dan kuantitatif, meneurutnya kedua penelitian itu berlaku umum. Penelitian saat ini bagaimana berpikir berbeda dari sebelumnya.
“Abdul Rahman seorang ahli penelitian mengatakan, sebagai seorang peneliti hendaknya berpikir sebegai intelektual organic, bagaimana berpikir menyelamatkan personality kita. Saat ini ada dua area pada ruang kerja penelitian, yaitu ruang perubahan sosial dengan dihadapkan pada fenomena matinya sang pakar.” ucapnya.
Saat ini dihadapkan deangan pengetahuan yang klir dengan tidak lagi mengambil landasan dari teori atau sang pakar tadi. Seorang dapat percaya apa yang diangga benar tanpa mengetahuai secara rill, secara langsung ia hanya mempercayai dengan data-data dari digital dengan isu-isu yang banyak.
“Sebagai akademisi, sebagai intelektual yang sesuai dalam Al-Qur’an yakni bagaimana keberpihakan adil meskipun dengan keluarga, dunia intelektual harus bergerak dengan berpikir pada level yang adil dengan kesadaran organic dengan intelektualitas dengan cara berpikir menyelesaikan masalah secara bersama.” imbuh H. Saprillah. (Humas/jn)
[/pl_text] [/pl_col] [/pl_row]